PERANG MANGGELEWA
A.
Latar
Belakang
Peristiwa
sejarah adalah peristiwa yang selalu diabaikan dalam setiap perjalanan hidup
manusia, kadang sejarah dijadikan suatu wacana penghias deretan lemari
perpustakaan, dan kadang pula menjadi dongeng pengantar tidur secara turun
temurun. Memang tidak mudah untuk menyibak kebenaran di balik sejarah, dan juga
tidak mudah membuktikan kepastiannya. Namun perlu diketahui bahwa mengetahui
dan mempelajari sejarah berarti mengetahui apa yang mesti kita lakukan untuk
hari ini dan esok, serta seterusnya.
Menelusuri
jejak sejarah lokal merupakan cara yang terbaik dalam membuka wacana keilmuan
bagi generasi Dompu, untuk dijadikan pedoman dalam memberantas segala bentuk
penindasan-penindasan yang ada.
Perang
Manggelewa adalah satu symbol petriotisme yang dimiliki anak bangsa dalam
berjuang meraih kemerdekaan. Mesti tidak sebesar perang Diponegoro, dan
perang-perang lain di Nusantara ini, namun darah dan air mata telah menyertai
peristiwa itu. Dan itu harus dihargai sebagai sebuah perjuangan dari
pendahulu-pendahulu bangsa ini.
B.
Latar
Belakang Terjadinya Perang Manggelewa
Tahun
1941 adalah tahun kemenangan jepang dalam menguasai Samudera Pasifik, dimana
pada tahun ini pula Belanda sudah keluar dari kawasan Indonesia, namun
mendengar Jepang ingin melakukan kolonialisme di Indonesia, Belanda kembali
memasuki wilayah Indonesia dengan pasukan gabungannya yang dinamakan Belanda
Nika.
Belanda
Nika merupakan Belanda gabungan yang terdiri dari Inggris, Australia dan
Belanda itu sendiri. Ini bertujuan untuk menguasai kembali wilayah Indonesia
agar tidak dikuasai oleh Jepang.
Ketika
Belanda merencanakan untuk memasuki wilayah Bima-Dompu, pemimpin Bima-Dompu
sudah mengetahuinya, hal ini tidak terlepas dari informasi-informasi yang
disampaikan oleh jeneli Kempo yaitu Dae Emo. Jeneli Dae Emo memberitahukan
tentang keberadaan Belanda yang sudah dekat dengan wilayah Dompu. (Versi
narasumber yang diwawancara mantan
pejuang “Muhtar Abidin”).
Pendapat
lain datang dari seorang saksi sejarah (dalam bukunya Mokh. Nasuhi & Muh.
Faisal, kisah heroik perang manggelewa :19) H. Tamin H. Adam, bahwa perang
Manggelewa terjadi karna ulah dari dua orang Belanda.
Seorang
berpangkat controler yang dipercayai
untuk mengepalai pemerintah kerjaan Bima-Dompu dan seorang lagi bernama Hafd Boswesen atau kepala kehutanan
Kerajaan yang terkenal dengan pangggilan Tuan
Komba. Keduanya sepakat mengeruk semua uang-uang pajak dari kas kerajaan
Bima-Dompu untuk dibawa pulang ke Belanda karena takut pada Jepang yang mulai
masuk ke Dompu.
Tuan
Komba dan Controler Belanda ini setelah tiba di Sumbawa Besar dengan membawa
uang yang diambil dari kas kerajaan, mereka kemudian melaporkan bahwa di
Bima-Dompu menyimpan gerombolan (pemberontak) yang akan melawan pemerintah.
Upaya propaganda dari kedua kompeni ini ternyata diterima mentah-mentah oleh
sisa-sisa kolonial yang ada di Sumbawa. Mereka mempersiapkan tenaga baik yang
berkebangsaan Belanda, maupun polisi yang berada di Sumbawa Besar untuk
menyerang dan menghancurkan apa yang ada di Bima dan Dompu. Kemudian tokoh
masyarakat dan pemuda mulai mengatur kekuatan dan senjata seperti keris, tombak
dan lain-lainnya untuk alat perang melawan kolonial Belanda.
C.
Meletusnya
Perang Manggelewa
Peristiwa
perang Manggelewa merupakan salah satu bentuk perjuangan masyarakat Bima-Dompu
dalam menentang dan melawan kolonialisme penjajah. Meskipun perlawanan itu
masih bersifat kedaerahan, namun rasa Perjuangan itu telah diwujudkan dalam
satu tekad mempertahankan harga diri sebagai sebuah negeri yang memiliki tanah
air yang sah yakni Indonesia.
2
Terjadinya
perang Manggelewa di Soriutu ada dua versi. Versi pertama adalah menurut H.
Tamin H. Adam, seorang saksi sejarah (dalam bukunya Mokh. Nasuhi & Muh.
Faisal, kisah heroik perang manggelewa :19),
Berawal
dari tingkah dua orang Belanda yang melakukan propaganda pada sisa-sisa
kolonial yang ada di Sumbawa inilah terjadinya perang Manggelewa. Tepat pada
tanggal 5 April 1942 (versi H. Tamin H. Adam), Belanda datang dari Sumbawa
bertemu dengan pasukan dari Bima-Dompu. Rombongan dari Sumbawa berhenti di
Cabang Banggo, sedangkan dari Bima-Dompu berhenti di jembatan Kampaja (Soriutu)
karena melihat sinar lampu mobil musuh.
Pasukan
dari Sumbawa maupun Bima-Dompu, sama-sama mematikan lampu mobilnya
masing-masing untuk mengatur siasat. Mobil pasukan Belanda terlihat ingin atrek,
namun ban mobilnya terselip di parit jalan. Mereka atas. Dalam suasana tenang
itu, dua kakak beradik (H. Tamin dan A. Rasul) langsung mendekati mobil dari
arah belakang dan terlihat jeneli Kempo (Abdullah Daeng Tanga) duduk berjungkuk
di muka Controller di sebelah kiri jalan dan yang lain di sebelah kanan jalan.
Saat
tembak-tembakkan berlangsung, seorang polisi menghindar ke semak sebelah kiri
jalan dari kempo. Dan ketika tembak-menembak berhenti, H. Tamin dan A. Rasul
mendekati polisi ini karna dipanggil oleh jeneli Kempo. Dengan alasan untuk
membantu, keduanya meminta senapan kepada pihak Belanda yang mulai terdesak.
Senapan itupun diarahkan langsung ke arah kompeni dan dalam waktu yang
bersamaan mereka lari menjauh.
Versi
kedua adalah dari seorang pelaku/pejuang Perang Manggelewa itu sendiri (diwawancara
11 Desember 2011 : 12). Yang menceritakan bahwa Belanda datang dari arah Lombok,
kemudian melalui Sumbawa. Informasi penyerangan itu didapatkan dari seorang
jeneli Kempo yang bernama Dae Emo. Berdasarkan informasi tersebut Sultan Salahuddin
mengerahkan masyarakat Bima-Dompu untuk siap siaga dalam menghadapi pasukan
Belanda Nika yang datang dari arah Sumbawa.
Dari
lama perjalanan yang ditempuh oleh pasukan Belanda, dijadikan kesempatan bagi
pasukan Bima-Dompu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi serangan Belanda.
Ketika pasukan Belanda memasuki wilayah dompu, pasukan Bima-Dompu mulai
mengatur strategi untuk melawan pasukan Belanda. Hingga akhirnya pasukan
Belanda dan pasukan Bima-Dompu berhadapan di wilayah Soriutu tepatnya disekitar
pohon asam yang telah dijadikan benteng pertahanan oleh pasukan Bima-Dompu.
Ketika itu pasukan Bima-Dompu dipimpin oleh anak dari Sultan Salahuddin yaitu
Abdul Kahir (Sudanso), Abdul Kahir berhasil mengerahkan pasukannya untuk
mengusir mundur pasukan Belanda, dengan berbagai strategi yang telah diatur
sebelumnya, akhir pasukan Bima-Dompu mampu melawan dan mengusir penjajah.
D.
Strategi
Yang Digunakan Dalam Perang Manggelewa
Kejadian
Perang Manggelewa memakan waktu selama tiga hari, yang puncak pertempurannya
yaitu berlangsung pada malam sampai siang hari. Berkat ijin Allah dan strategi
yang telah diatur sedemikian rapi, sehingga kemenangan dapat diraih oleh putera
Bima-Dompu.
Adapun
strategi yang digunakan oleh pasukan Bima-Dompu yaitu mengepung dan
mengelilingi kawasan yang akan di datangi pasukan Belanda. Sebagian berada di
belakang penjajah dengan melewati semak belukar atau area hutan, agar tidak
diketahui oleh penjajah dan sebagian lagi berada di depan untuk menghadang
datangnya pasukan Belanda tersebut.
Pasukan
Belanda tidak pernah menyadari bahwa ada sebagian pasukan Bima-Dompu yang
menyerangnya dari belakang, sehingga ketika mereka ingin mundur dan lari dari
serangan yang ada di depan, mereka sudah dikepung oleh pasukan yang ada di
belakang, dengan demikian pasukan Bima-Dompu mampu menaklukkan penjajah.
Sekalipun
bentuk perlawanan yang dilakukan pasukan Bima-Dompu pada saat itu masih
bersifat kedaerahan, namun tidak mematahkan semangat mereka dalam melawan
penjajah. Kemenangan diraih oleh putera Bima-Dompu murni karena adanya semangat
nasionalisme dalam diri mereka, bersatu untuk membela bumi tercinta dan
membebaskan diri dari penindasan-penindasan yang dilakukan penjajah-penjajah di
tanah air.
E.
Tokoh-Tokoh
Yang Berperan Dalam Perang Manggelewa
Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya, perang Manggelewa tidak berlangsung lama, hal
ini mempengaruhi pengetahuan tentang siapa saja yang sangat berperan dalam
perang tersebut. Namun berdasarkan data dan hasil wawancara yang kami dapatkan,
ada beberapa orang yang dapat disebut sebagai tokoh utama yang sangat berperan
ketika terjadinya peristiwa perang Manggelewa tersebut.
Tokoh-tokoh
yang dimaksud adalah jeneli Kempo yaitu Dae Emo, Sultan Salahuddin dan putera
Kahir (anaknya), H. Tamin beserta adiknya A. Rasul, dan para pemuda-pemuda
Bima-Dompu.
Jeneli
Kempo (Dae Emo) adalah orang yang pertama kali memberi informasi atas
kedatangan Belanda untuk menyerang Bima-Dompu, selain itu Dae Emo juga salah
satu pasukan yang melawan penjajah, meskipun akhirnya ia tewas dalam
peperangan. Kemudian Sultan Salahuddin dan Puteranya Abdul Kahir. Sultan
Salahuddin adalah Pemimpin Bima-Dompu pada saat itu, ia mengerahkan masyarakat
Bima-Dompu untuk melawan pasukan Belanda yang datang menyerang. Dan anaknya
Putera Kahir ditunjuknya sebagai pemimpin pasukan Bima-Dompu dan terlibat
langsung dalam peperangan tersebut. Selanjutnya adalah H. Tamin dan adiknya A. Rasul,
mereka adalah pasukan yang melakukan strategi perang dari belakang pasukan
Belanda. Dan yang terakhir adalah pemuda-pemuda Bima-Dompu yang terlibat
langsung dalam perang Manggelewa, berkat semangat persatuan dan kesatuan yang
ada dalam setiap pejuang, sehingga menghasilkan tujuan yang ingin dicapai yaitu
kemenangan dan kebebasan.
F.
Kesimpulan
1.
Latar Belakang
terjadinya perang Manggelewa yaitu adanya keinginan bangsa Belanda untuk
menguras kekayaan Bumi Pertiwi.
2.
Meletusnya perang
Manggelewa terjadi tepat di wilayah Soriutu dan berlangsung sehari semalam.
3.
Strategi-strategi yang
dilakukan Pasukan Bima-Dompu untuk memenangkan perang Manggelewa adalah
menguasai wilayah yang akan didatangi oleh pasukan Belanda.
4.
Tokoh-tokoh yang
berperan dalam perang Manggelewa yaitu, jeneli Kempo (Dae Emo), Sultan
Salhuddin dan Puteranya Abdul Kahir, dan pejuang-pejuang pada saat itu.
G.
S
a r a n
Berawal dari sebuah
sejarah, kita bisa menyikapi dan menghargai bentuk perjuangan yang dilakukan
para pejuang-pejuang tanah air. Menciptakan kemenangan itu tidak mudah, namun
dengan tekad dan semangat nasionalisme yang tinggi maka kemenangan itu akan bisa
kita raih. Bercermin dari pengorban para pejuang, mari ! kita sama-sama melawan
segala bentuk penindasan-penindasan yang ada guna mendapatkan kemerdekaan yang
abadi. Allah tidak akan merubah nasib sesuatu kaum, kecuali kaum itu sendiri
yang merubahnya.
DAFTAR BACAAN
Mokh. Nasukhi, Muh.
Faisal. 2005. Kisah Heroik Perang
Manggelewa. Mataram NTB. CV Mahani Persada.
Wawancara dengan Muhtar
Abidin (mantan pejuang Manggelewa yang
sekarang menjadi pengurus/perintis pejuang KRI Bima-Dompu). Tanggal 11
Desember 2011. Jam 12.51.