Rabu, 01 Oktober 2014

PERANG MANGGELEWA



PERANG MANGGELEWA
A.           Latar Belakang
Peristiwa sejarah adalah peristiwa yang selalu diabaikan dalam setiap perjalanan hidup manusia, kadang sejarah dijadikan suatu wacana penghias deretan lemari perpustakaan, dan kadang pula menjadi dongeng pengantar tidur secara turun temurun. Memang tidak mudah untuk menyibak kebenaran di balik sejarah, dan juga tidak mudah membuktikan kepastiannya. Namun perlu diketahui bahwa mengetahui dan mempelajari sejarah berarti mengetahui apa yang mesti kita lakukan untuk hari ini dan esok, serta seterusnya.
Menelusuri jejak sejarah lokal merupakan cara yang terbaik dalam membuka wacana keilmuan bagi generasi Dompu, untuk dijadikan pedoman dalam memberantas segala bentuk penindasan-penindasan yang ada.
Perang Manggelewa adalah satu symbol petriotisme yang dimiliki anak bangsa dalam berjuang meraih kemerdekaan. Mesti tidak sebesar perang Diponegoro, dan perang-perang lain di Nusantara ini, namun darah dan air mata telah menyertai peristiwa itu. Dan itu harus dihargai sebagai sebuah perjuangan dari pendahulu-pendahulu bangsa ini.
B.            Latar Belakang Terjadinya Perang Manggelewa
Tahun 1941 adalah tahun kemenangan jepang dalam menguasai Samudera Pasifik, dimana pada tahun ini pula Belanda sudah keluar dari kawasan Indonesia, namun mendengar Jepang ingin melakukan kolonialisme di Indonesia, Belanda kembali memasuki wilayah Indonesia dengan pasukan gabungannya yang dinamakan Belanda Nika.
Belanda Nika merupakan Belanda gabungan yang terdiri dari Inggris, Australia dan Belanda itu sendiri. Ini bertujuan untuk menguasai kembali wilayah Indonesia agar tidak dikuasai oleh Jepang.
Ketika Belanda merencanakan untuk memasuki wilayah Bima-Dompu, pemimpin Bima-Dompu sudah mengetahuinya, hal ini tidak terlepas dari informasi-informasi yang disampaikan oleh jeneli Kempo yaitu Dae Emo. Jeneli Dae Emo memberitahukan tentang keberadaan Belanda yang sudah dekat dengan wilayah Dompu. (Versi narasumber yang diwawancara  mantan pejuang “Muhtar Abidin”).
Pendapat lain datang dari seorang saksi sejarah (dalam bukunya Mokh. Nasuhi & Muh. Faisal, kisah heroik perang manggelewa :19) H. Tamin H. Adam, bahwa perang Manggelewa terjadi karna ulah dari dua orang Belanda.
Seorang berpangkat controler yang dipercayai untuk mengepalai pemerintah kerjaan Bima-Dompu dan seorang lagi bernama Hafd Boswesen atau kepala kehutanan Kerajaan yang terkenal dengan pangggilan Tuan Komba. Keduanya sepakat mengeruk semua uang-uang pajak dari kas kerajaan Bima-Dompu untuk dibawa pulang ke Belanda karena takut pada Jepang yang mulai masuk ke Dompu.
Tuan Komba dan Controler Belanda ini setelah tiba di Sumbawa Besar dengan membawa uang yang diambil dari kas kerajaan, mereka kemudian melaporkan bahwa di Bima-Dompu menyimpan gerombolan (pemberontak) yang akan melawan pemerintah. Upaya propaganda dari kedua kompeni ini ternyata diterima mentah-mentah oleh sisa-sisa kolonial yang ada di Sumbawa. Mereka mempersiapkan tenaga baik yang berkebangsaan Belanda, maupun polisi yang berada di Sumbawa Besar untuk menyerang dan menghancurkan apa yang ada di Bima dan Dompu. Kemudian tokoh masyarakat dan pemuda mulai mengatur kekuatan dan senjata seperti keris, tombak dan lain-lainnya untuk alat perang melawan kolonial Belanda.
C.           Meletusnya Perang Manggelewa
Peristiwa perang Manggelewa merupakan salah satu bentuk perjuangan masyarakat Bima-Dompu dalam menentang dan melawan kolonialisme penjajah. Meskipun perlawanan itu masih bersifat kedaerahan, namun rasa Perjuangan itu telah diwujudkan dalam satu tekad mempertahankan harga diri sebagai sebuah negeri yang memiliki tanah air yang sah yakni Indonesia.

                                                                                                        2
Terjadinya perang Manggelewa di Soriutu ada dua versi. Versi pertama adalah menurut H. Tamin H. Adam, seorang saksi sejarah (dalam bukunya Mokh. Nasuhi & Muh. Faisal, kisah heroik perang manggelewa :19),
Berawal dari tingkah dua orang Belanda yang melakukan propaganda pada sisa-sisa kolonial yang ada di Sumbawa inilah terjadinya perang Manggelewa. Tepat pada tanggal 5 April 1942 (versi H. Tamin H. Adam), Belanda datang dari Sumbawa bertemu dengan pasukan dari Bima-Dompu. Rombongan dari Sumbawa berhenti di Cabang Banggo, sedangkan dari Bima-Dompu berhenti di jembatan Kampaja (Soriutu) karena melihat sinar lampu mobil musuh.
Pasukan dari Sumbawa maupun Bima-Dompu, sama-sama mematikan lampu mobilnya masing-masing untuk mengatur siasat. Mobil pasukan Belanda terlihat ingin atrek, namun ban mobilnya terselip di parit jalan. Mereka atas. Dalam suasana tenang itu, dua kakak beradik (H. Tamin dan A. Rasul) langsung mendekati mobil dari arah belakang dan terlihat jeneli Kempo (Abdullah Daeng Tanga) duduk berjungkuk di muka Controller di sebelah kiri jalan dan yang lain di sebelah kanan jalan.
Saat tembak-tembakkan berlangsung, seorang polisi menghindar ke semak sebelah kiri jalan dari kempo. Dan ketika tembak-menembak berhenti, H. Tamin dan A. Rasul mendekati polisi ini karna dipanggil oleh jeneli Kempo. Dengan alasan untuk membantu, keduanya meminta senapan kepada pihak Belanda yang mulai terdesak. Senapan itupun diarahkan langsung ke arah kompeni dan dalam waktu yang bersamaan mereka lari menjauh.                                                                                               
Versi kedua adalah dari seorang pelaku/pejuang Perang Manggelewa itu sendiri (diwawancara 11 Desember 2011 : 12). Yang menceritakan bahwa Belanda datang dari arah Lombok, kemudian melalui Sumbawa. Informasi penyerangan itu didapatkan dari seorang jeneli Kempo yang bernama Dae Emo. Berdasarkan informasi tersebut Sultan Salahuddin mengerahkan masyarakat Bima-Dompu untuk siap siaga dalam menghadapi pasukan Belanda Nika yang datang dari arah Sumbawa.
Dari lama perjalanan yang ditempuh oleh pasukan Belanda, dijadikan kesempatan bagi pasukan Bima-Dompu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi serangan Belanda. Ketika pasukan Belanda memasuki wilayah dompu, pasukan Bima-Dompu mulai mengatur strategi untuk melawan pasukan Belanda. Hingga akhirnya pasukan Belanda dan pasukan Bima-Dompu berhadapan di wilayah Soriutu tepatnya disekitar pohon asam yang telah dijadikan benteng pertahanan oleh pasukan Bima-Dompu. Ketika itu pasukan Bima-Dompu dipimpin oleh anak dari Sultan Salahuddin yaitu Abdul Kahir (Sudanso), Abdul Kahir berhasil mengerahkan pasukannya untuk mengusir mundur pasukan Belanda, dengan berbagai strategi yang telah diatur sebelumnya, akhir pasukan Bima-Dompu mampu melawan dan mengusir penjajah.
D.           Strategi Yang Digunakan Dalam Perang Manggelewa
Kejadian Perang Manggelewa memakan waktu selama tiga hari, yang puncak pertempurannya yaitu berlangsung pada malam sampai siang hari. Berkat ijin Allah dan strategi yang telah diatur sedemikian rapi, sehingga kemenangan dapat diraih oleh putera Bima-Dompu.
Adapun strategi yang digunakan oleh pasukan Bima-Dompu yaitu mengepung dan mengelilingi kawasan yang akan di datangi pasukan Belanda. Sebagian berada di belakang penjajah dengan melewati semak belukar atau area hutan, agar tidak diketahui oleh penjajah dan sebagian lagi berada di depan untuk menghadang datangnya pasukan Belanda tersebut.
Pasukan Belanda tidak pernah menyadari bahwa ada sebagian pasukan Bima-Dompu yang menyerangnya dari belakang, sehingga ketika mereka ingin mundur dan lari dari serangan yang ada di depan, mereka sudah dikepung oleh pasukan yang ada di belakang, dengan demikian pasukan Bima-Dompu mampu menaklukkan penjajah.
Sekalipun bentuk perlawanan yang dilakukan pasukan Bima-Dompu pada saat itu masih bersifat kedaerahan, namun tidak mematahkan semangat mereka dalam melawan penjajah. Kemenangan diraih oleh putera Bima-Dompu murni karena adanya semangat nasionalisme dalam diri mereka, bersatu untuk membela bumi tercinta dan membebaskan diri dari penindasan-penindasan yang dilakukan penjajah-penjajah di tanah air.
E.            Tokoh-Tokoh Yang Berperan Dalam Perang Manggelewa
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, perang Manggelewa tidak berlangsung lama, hal ini mempengaruhi pengetahuan tentang siapa saja yang sangat berperan dalam perang tersebut. Namun berdasarkan data dan hasil wawancara yang kami dapatkan, ada beberapa orang yang dapat disebut sebagai tokoh utama yang sangat berperan ketika terjadinya peristiwa perang Manggelewa tersebut.
Tokoh-tokoh yang dimaksud adalah jeneli Kempo yaitu Dae Emo, Sultan Salahuddin dan putera Kahir (anaknya), H. Tamin beserta adiknya A. Rasul, dan para pemuda-pemuda Bima-Dompu.
Jeneli Kempo (Dae Emo) adalah orang yang pertama kali memberi informasi atas kedatangan Belanda untuk menyerang Bima-Dompu, selain itu Dae Emo juga salah satu pasukan yang melawan penjajah, meskipun akhirnya ia tewas dalam peperangan. Kemudian Sultan Salahuddin dan Puteranya Abdul Kahir. Sultan Salahuddin adalah Pemimpin Bima-Dompu pada saat itu, ia mengerahkan masyarakat Bima-Dompu untuk melawan pasukan Belanda yang datang menyerang. Dan anaknya Putera Kahir ditunjuknya sebagai pemimpin pasukan Bima-Dompu dan terlibat langsung dalam peperangan tersebut. Selanjutnya adalah H. Tamin dan adiknya A. Rasul, mereka adalah pasukan yang melakukan strategi perang dari belakang pasukan Belanda. Dan yang terakhir adalah pemuda-pemuda Bima-Dompu yang terlibat langsung dalam perang Manggelewa, berkat semangat persatuan dan kesatuan yang ada dalam setiap pejuang, sehingga menghasilkan tujuan yang ingin dicapai yaitu kemenangan dan kebebasan.
F.            Kesimpulan
1.             Latar Belakang terjadinya perang Manggelewa yaitu adanya keinginan bangsa Belanda untuk menguras kekayaan Bumi Pertiwi.
2.             Meletusnya perang Manggelewa terjadi tepat di wilayah Soriutu dan berlangsung sehari semalam.
3.             Strategi-strategi yang dilakukan Pasukan Bima-Dompu untuk memenangkan perang Manggelewa adalah menguasai wilayah yang akan didatangi oleh pasukan Belanda.
4.             Tokoh-tokoh yang berperan dalam perang Manggelewa yaitu, jeneli Kempo (Dae Emo), Sultan Salhuddin dan Puteranya Abdul Kahir, dan pejuang-pejuang pada saat itu.
G.           S a r a n
Berawal dari sebuah sejarah, kita bisa menyikapi dan menghargai bentuk perjuangan yang dilakukan para pejuang-pejuang tanah air. Menciptakan kemenangan itu tidak mudah, namun dengan tekad dan semangat nasionalisme yang tinggi maka kemenangan itu akan bisa kita raih. Bercermin dari pengorban para pejuang, mari ! kita sama-sama melawan segala bentuk penindasan-penindasan yang ada guna mendapatkan kemerdekaan yang abadi. Allah tidak akan merubah nasib sesuatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya.
DAFTAR BACAAN
Mokh. Nasukhi, Muh. Faisal. 2005. Kisah Heroik Perang Manggelewa. Mataram NTB. CV Mahani Persada.
Wawancara dengan Muhtar Abidin (mantan pejuang Manggelewa yang sekarang menjadi pengurus/perintis pejuang KRI Bima-Dompu). Tanggal 11 Desember 2011. Jam 12.51.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berikan kritik dan saran anda.